Koagulan
adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel
di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positip yang
digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatip partikel. Dalam
pengolahan air sering dipakai garam dari Aluminium, Al (III) atau garam
besi (II) dan besi (III).
Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan air adalah seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
NAMA
|
FORMULA
|
BENTUK
|
REAKSI DENGAN AIR
|
pH OPTIMUM
|
Aluminium sulfat,
Alum sulfat, Alum, Salum
|
Al2(SO4)3.xH2O
x = 14,16,18
|
Bongkah, bubuk
|
Asam
|
6,0 – 7,8
|
Sodium aluminat
|
NaAlO2 atau
Na2Al2O4
|
Bubuk
|
Basa
|
6,0 – 7,8
|
Polyaluminium
Chloride, PAC
|
Aln(OH)mCl3n-m
|
Cairan, bubuk
|
Asam
|
6,0 – 7,8
|
Ferri sulfat
|
Fe2(SO4)3.9H2O
|
Kristal halus
|
Asam
|
4 – 9
|
Ferri klorida
|
FeCl3.6H2O
|
Bongkah, cairan
|
Asam
|
4 – 9
|
Ferro sulfat
|
FeSO4.7H2O
|
Kristal halus
|
Asam
|
> 8,5
|
Tabel. Jenis Koagulan
Zat Koagulan terhidrolisa yang paling umum digunakan dalam proses pengolahan air minum adalah garam besi (ion Fe3+ ) atau Aluminium (ion Al3+ ) yang terdapat didalam bentuk yang berbeda-beda seperti tercantum di atas dan bentuk lainnya seperti :
1. AlCl3
2. Aluminium klorida dan sulfat yang bersifat basa/alkalis
3. Senyawa kompleks dari zat-zat tersebut diatas.
Riview……………………………………………………………………………………………………….!!! @_pararaja.
Alum/Tawas
Tawas/Alum adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2S04 11 H2O atau 14 H2O atau 18 H2O umumnya yang digunakan adalah 18 H2O.
Semakin banyak ikatan molekul hidrat maka semakin banyak ion lawan yang
nantinya akan ditangkap akan tetapi umumnya tidak stabil. Pada pH < 7 terbentuk Al ( OH )2+, Al ( OH )2 4+, Al2 ( OH )2 4+. Pada pH > 7 terbentuk Al ( OH )-4. Flok –flok Al ( OH )3 mengendap berwarna putih.
Gugus
utama dalam proses koagulasi adalah senyawa aluminat yang optimum pada
pH netral. Apabila pH tinggi atau boleh dikatakan kekurangan dosis maka
air akan nampak seperti air baku karena gugus aluminat tidak terbentuk
secara sempurna. Akan tetapi apabila pH rendah atau boleh dikata
kelebihan dosis maka air akan tampak keputih – putihan karena terlalu
banyak konsentrasi alum yang cenderung berwarna putih. Dalam cartesian
terbentuk hubungan parabola terbuka, sehingga memerlukan dosis yang
tepat dalam proses penjernihan air. Reaksi alum dalam larutan dapat dituliskan.:
Al2S04 + 6 H2O —–à Al ( OH )3 + 6 H+ + SO42-
Reaksi ini menyebabkan pembebasan ion H+
dengan kadar yang tinggi ditambah oleh adanya ion alumunium. Ion
Alumunium bersifat amfoter sehingga bergantung pada suasana lingkungan
yang mempengaruhinya. Karena suasananya asam maka alumunium akan juga
bersifat asam sehingga pH larutan menjadi turun.
Jika
zat-zat ini dilarutkan dalam air, akan terjadi disosiasi garam menjadi
kation logam dan anion. Ion logam akan menjadi lapisan dalam larutan
dengan konsentrasi lebih rendah dari pada molekul air, hal ini
disebabkan oleh muatan posistif yang kuat pada permukaan ion logam
(hidratasi) dengan membentuk molekul heksaquo (yaitu 6 molekul air yang
digabung berdekatan) atau disebut dengan logam (H2O)63+ , seperti [Al.(H2O)6]3+ .
Ion seperti ini hanya stabil pada media yang sedikit asam , untuk aluminium pada pH < 4, untuk Fe pada pH < 2.
Jika pH meningkat ada proton yang akan lepas dari ion logam yang terikat tadi dan bereaksi sebagai asam.
Sebelum
digunakan satu hal yang harus disiapkan yaitu larutan koagulan. Di
dalam larutan, koagulan harus lebih efektif, bila berada pada bentuk
trivalen (valensi 3) seperti Fe3+ atau Al3+, menghasilkan pH < 1,5. Bila larutan alum ditambahkan ke dalam air yang akan diolah terjadi reaksi sebagai berikut :
Reaksi hidrolisa : Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+ ….1)
Jika alkalinitas dalam air cukup, maka terjadi reaksi :
Jika ada CO32− : CO32− + H+ → HCO3− + H2O ………..2)
Atau dengan HCO3− : HCO3− + H+ → CO2 + H2O ……3)
Dari reaksi di atas menyebabkan pH air turun.
Kelarutan Al(OH)3 sangant rendah, jadi pengendapan akan terjadi dalam bentuk flok. Bentuk endapan lainnya adalah Al2O3. nH2O seperti ditunjukkan reaksi :
2Al3+ + (n+3)H2O → Al2O3.nH2O + 6H+
Ion H+ bereaksi dengan alkalinitas.
Reaksi-reaksi
hidrolisa yang tercantum di atas merupakan persamaan reaksi hidrolisa
secara keseluruhan. Reaksi 1) biasanya digunakan untuk menghitung
perubahan alkalinitas dan pH.
Pada kenyataannya ion Al3+ dalam larutan koagulan terhidrasi dan akan berlangsung dengan ketergantungan kepada pH hidrolisa. Senyawa yang terbentuk bermuatan positip dan dapat berinteraksi dengan zat kotoran seperti koloid.
[Al(H2O)6]3+ —à [Al(H2O)5OH]2+ + H+
[Al(H2O)5OH]2+ —à [Al(H2O)4(OH)2]+ + H+
[Al(H2O)4(OH)2]+ —à [Al(H2O)3(OH)3] + H+ endapan
[Al(H2O)3(OH)3] —à [Al(H2O)2(OH)4]− + H+ terlarut
Tahap
pertama terbentuk senyawa dengan 5 molekul air dan 1 gugus hidroksil
yang muatan total akan turun dari 3+ menjadi 2+ misalnya : [Al(H2O)5OH]2+.
Jika
pH naik terus sampai mencapai ±5 maka akan terjadi reaksi tahap kedua
dengan senyawa yang mempunyai 4 molekul air dan 2 gugus hidroksil.
Larutan dengan pH >6 (dipengaruhi oleh Ca2+) akan terbentuk senyawa logam netral (OH)3 yang tidak bisa larut dan mempunyai volume yang besar dan bisa diendapkan sebagai flok (di IPA).
Jika alkalinitas cukup ion H+ yang terbentuk akan terlepas dan endapan [Al(H2O)3(OH)3] atau hanya Al(OH)3 yang terbentuk. Pada pH lebih besar dari 7,8 ion aluminat [Al(H2O)2(OH)4]− atau hanya Al(OH)4]− yang
terbentuk yang bermuatan negatip dan larut dalam air. Untuk menghindari
terbentuknya senyawa aluminium terlarut, maka jangan dilakukan
koagulasi dengan senyawa aluminium pada nilai pH lebih besar dari 7,8.
Polimerisasi
senyawa aluminium hidroksil berlangsung dengan menghasilkan kompleks
yang mengandung ion Al yang berbeda berikatan dengan ion lainnya oleh
grup OH−. Contoh :
OH [(H2O)4 Al Al(H2O)4]4+ atau Al2(OH)24+
OH Polinuklir Al kompleks diajukan untuk diadakan, seperti :
[Al7(OH)17]4+ ; [Al8(OH)20]4+ ; [Al13(OH)34]5+
Selama koagulasi pengaruh pH air terhadap ion H+ dan OH− adalah penting untuk menentukan muatan hasil hidrolisa. Komposisi kimia air juga penting, karena ion divalen seperti SO42− dan HPO42− dapat diganti dengan ion-ion OH− dalam kompleks oleh karena itu dapat berpengaruh terhadap sifat-sifat endapan.
Presipitasi
dari hidroksida menjamin adanya ion logam yang bisa dipisahkan dari air
karena koefisien kelarutan hidroksida sangat kecil. Senyawa yang
terbentuk pada pH antara 4 – 6 dan yang terhidrolisa, dapat dimanfaatkan
untuk polimerisasi dan kondensasi (bersifat membentuk senyawa dengan
atom logam lain) misalnya Al6(OH)153+.
Aluminium
sering membentuk komplek 6 s/d 8 dibandingkan dengan ion Fe (III) yang
membentuk suatu rantai polimer yang panjang. Senyawa itu disebut dengan cationic polynuclier metal hydroxo complex
dan sangat bersifat mengadsorpsi dipermukaan zat-zat padat. Bentuk
hidrolisa yang akan terbentuk didalam air , sebagian besar tergantung
pada pH awal, kapasitas dapar (buffer), suhu, maupun konsentrasi
koagulan dan kondisi ionik (Ca2+ dan SO42–) maupun juga dari kondisi pencampuran dan kondisi reaksi.
Senyawa Al yang lainnya adalah sodium aluminat, NaAlO2 atau Na2Al2O4. Kelebihan NaOH yang ditambahkan (rasio Na2O/Al2O3 dalam Na2Al2O4 adalah
: 1,2 − 1,3/1) untuk menaikkan stabilitas sodium aluminat. Penambahan
zat ini dalam bentuk larutan akan menghasilkan reaksi berikut :
AlO2− + 2H2O → Al(OH)4−
Al(OH)4− → Al(OH)3 + OH−
Reaksi kedua hanya mungkin bila asiditas dalam air cukup untuk menghilangkan ion OH− yang terbentuk sehingga menyebabkan kenaikan pH.
CO2 + OH− → HCO3−
HCO3− + OH− → CO3 2− + H2O
Kadang-kadang
bila air tidak mengandung alkalinitas, perpaduan antara sodium aluminat
dan alum digunakan untuk menghindari perubahan pH yang besar dan untuk
membuat pH relatif konstan.
2Al3+ + 3SO42− + 6H2O → 2Al(OH)3 + 3SO2− + 6H+
6AlO2 + 6Na+ + 12H2O → 6Al(OH)3 + 6Na+ + 6OH−
_________________________________________________________
2Al3+ + 3SO42− + 6Na+ + 6AlO2− + 12H2O → 8Al(OH)3 + 6Na++3SO42−
Pada
prakteknya satu hal dipertimbangkan memberikan kelebihan asam dari
larutan alum (pH 1,5) yang ditambahkan dan yang lainnya kelebihan NaOH
di dalam sodium aluminat (untuk stabilitas).
Pada
kekeruhan yang disebabkan tanah liat sangat baik dihilangkan dengan
batas pH antara 6,0 sampai dengan 7,8; penghilangan warna umumnya
dilakukan pada pH yang sedikit asam, lebih kecil dari 6, bahkan di
beberapa daerah harus lebih kecil dari 5. Dari beberapa penelitian
(untuk air gambut dari daerah Riau), efisiensi penghilangan warna akan
baik bila pH lebih kecil dari 6 untuk setiap dosis koagulan alum sulfat
yang digunakan. Walaupun demikian efisiensi penghilangan warna masih
tetap tinggi dihasilkan pada koagulasi dengan pH sampai 7, tetapi dengan
dosis alum sulfat yang lebih tinggi (sampai 100 mg/l), tetapi bila
dosis alum sulfat lebih kecil (60 mg/l) pada pH yang sama (sampai dengan
7), terjadi penurunan efisiensi penghilangan warna secara drastis
(sampai dengan 10 %).
Air
setelah diolah dengan koagulasi – flokulasi untuk menghilangkan warna,
pH harus ditetapkan diatas 6,5 (kurang dari 7,8) sebelum air disaring,
karena pada pH tersebut bentuk aluminium tidak larut, jadi residu Al3+ terlarut didalam air dapat dihilangkan/dikurangi, pada pH > 7,8 bentuk Al adalah Al terlarut yaitu ion aluminat, [Al(H2O)2(OH)4]– Untuk
hal ini dilakukan penambahan kapur sebelum proses filtrasi, dan biarkan
aluminium berubah bentuk menjadi bentuk tidak larut/endapan supaya
dapat dihilangkan dengan penyaringan. Dengan cara ini residu Al3+ dapat
ditekan sampai tingkat yang diijinkan. Setelah itu baru boleh dilakukan
penambahan kembali kapur atau soda abu untuk proses Stabilisasi dengan
harapan tidak akan terjadi perubahan alum terlarut menjadi alum endapan.
Bila cara diatas tidak dilakukan, kemungkinan akan terjadi pengendapan
alum di reservoir atau pada jaringan pipa distribusi, akibat penambahan
kapur atau soda abu untuk proses stabilisasi dilakukan setelah air
keluar dari filter, seperti halnya yang dilakukan pada pengolahan air
yang biasa ( tidak berwarna ).
Proses
koagulasi dengan koagulan lain seperti halnya garam Fe (III) yang
mempunyai rentang pH lebih besar (4–9) dan penggunaan koagulan
Polyaluminium chloride (PAC), tanpa penetapan pH pun proses koagulasi –
flokulasi tetap dapat berlangsung, tetapi pembentukan flok tidak
optimum, hanya flok-flok halus yang terbentuk, sehingga beban filter
akan bertambah.
Jika kehadiran alkalinitas didalam air cukup, pada koagulasi dengan koagulan garam Al ion H+ yang terbentuk akan diambil dan terbentuk endapan [Al(H2O)3(OH)3] atau hanya Al(OH)3, dimana
bentuk ini bermanfaat pada pertumbuhan flok ( mekanisme adsorpsi ).
Adanya alkalinitas didalam air jika pH air > 4,5. Jadi jika pH air
baku < 4,5 perlu penambahan bahan alkali (kapur atau soda abu).
PAC ( Poly Aluminium Chloride )
Senyawa Al yang lain yang penting untuk koagulasi adalah Polyaluminium chloride (PAC), Aln(OH)mCl3n-m.
Ada
beberapa cara yang sudah dipatenkan untuk membuat polyaluminium
chloride yang dapat dihasilkan dari hidrolisa parsial dari aluminium
klorida, seperti ditunjukkan reaksi berikut :
n AlCl3 + m OH− . m Na+ → Al n (OH) m Cl 3n-m + m Na+ + m Cl−
Senyawa ini dibuat dengan berbagai cara menghasilkan larutan PAC yang agak stabil.
PAC
adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion
alumunium bertarap klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk polynuclear mempunyai rumus umum Alm(OH)nCl(3m-n). Beberapa keunggulan yang dimiliki PAC dibanding koagulan lainnya adalah :
1. PAC
dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas, dengan demikian tidak
diperlukan pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air tertentu.
2. Kandungan
belerang dengan dosis cukup akan mengoksidasi senyawa karboksilat
rantai siklik membentuk alifatik dan gugusan rantai hidrokarbon yang
lebih pendek dan sederhana sehingga mudah untuk diikat membentuk flok.
3. Kadar
khlorida yang optimal dalam fasa cair yang bermuatan negatif akan cepat
bereaksi dan merusak ikatan zat organik terutama ikatan karbon nitrogen
yang umumnya dalam truktur ekuatik membentuk suatau makromolekul
terutama gugusan protein, amina, amida dan penyusun minyak dan lipida.
4. PAC
tidak menjadi keruh bila pemakaiannya berlebihan, sedangkan koagulan
yang lain (seperti alumunium sulfat, besi klorida dan fero sulfat) bila
dosis berlebihan bagi air yang mempunyai kekeruhan yang rendah akan
bertambah keruh. Jika digambarkan dengan suatu grafik untuk PAC adalah
membentuk garis linier artinya jika dosis berlebih maka akan didapatkan
hasil kekeruhan yang relatif sama dengan dosis optimum sehingga
penghematan bahan kimia dapat dilakukan. Sedangkan untuk koagulan selain
PAC memberikan grafik parabola terbuka artinya jika kelebihan atau
kekurangan dosis akan menaikkan kekeruhan hasil akhir, hal ini perlu
ketepatan dosis.
5. PAC
mengandung suatu polimer khusus dengan struktur polielektrolite yang
dapat mengurangi atau tidak perlu sama sekali dalam pemakaian bahan
pembantu, ini berarti disamping penyederhanaan juga penghematan untuk
penjernihan air.
6. Kandungan
basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam air sehingga
penurunan pH tidak terlalu ekstrim sehingga penghematan dalam penggunaan
bahan untuk netralisasi dapat dilakukan.
7. PAC
lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa ini diakibatkan dari
gugus aktif aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat koloid yang
ikatan ini diperkuat dengan rantai polimer dari gugus polielektrolite
sehingga gumpalan floknya menjadi lebih padat, penambahan gugus
hidroksil kedalam rantai koloid yang hidrofobik akan menambah berat
molekul, dengan demikian walaupun ukuran kolam pengendapan lebih kecil
atau terjadi over-load bagi instalasi yang ada, kapasitas produksi relatif tidak terpengaruh.
Senyawa Besi
Untuk senyawa besi, tipe hidrolisa yang sama dapat berlangsung seperti :
Fe3+ + 3H2O → Fe(OH)3 + 3H+
Reaksi di atas dilanjutkan dengan reaksi H+ dengan alkalinitas seperti ditunjukkan oleh reaksi 2) dan 3). Terdapat pula ion ferri hidrat seperti : [Fe(H2O)6]3+ dengan persamaan reaksi yang sama dengan hidrolisa [Al(H2O)6]3+.
Pembentukan [Fe(H2O)2(OH)4]− atau Fe(OH)4− hanya
terjadi pada pH tinggi, tetapi tidak biasa ditemui pada pengolahan
secara konvensional, jadi batas pH untuk koagulasi dengan Fe3+ lebih besar dari pada untuk Al3+, sebagai contoh pH 9 untuk koagulasi dengan Fe3+ dan 7,8 untuk Al3+.
Senyawa besi mempunyai tendensi membentuk jenis polinuklir yang lebih kecil dibandingkan dengan aluminium.
Dosis kagulan yang diperlukan tergantung pada :
1. Konsentrasi warna.
2. Zeta
potential (pengukuran mobilitas elektroforesa) juga merupakan faktor
penting untuk menghilangkan warna secara efektif. Hal ini erat
hubungannya dengan sisa konsentrasi warna. Pada pH yang optimum, sisa
warna berkurang secara proporsional dengan penambahan dosis koagulan.
3. Jenis koagulan → koagulan yang dapat digunakan untuk menghilangkan warna adalah :
- Garam aluminium : Alum sulfat/tawas, Al2(SO4)3.xH2O, Polyaluminium chloride, PAC (PACl), Aln(OH)mCl3n-m
- Garam besi (III) : Ferri sulfat, Fe2(SO4)3.xH2O, Ferri klorida, FeCl3.
Semakin
tinggi dosis koagulan yang digunakan akan menghasilkan efisiensi
penghilangan warna yang lebih besar pula, akan tetapi residu koagulan
akan semakin besar.
Pada
kasus pembentukan flok yang lemah dengan menggunakan dosis tawas
optimum untuk menghilangkan warna, polialumunium klorida (PAC) dapat
digunakan sebagai koagulan pilihan selain tawas. Koagulasi dengan poli
alumunium klorida dapat dengan mudah memproduksi flok yang kuat dalam
air dengan jangkauan dosis yang lebih kecil dan rentang pH yang lebih
besar, tanpa mempertimbangkan kehadiran alkalinitas yang cukup.
Source:
http://smk3ae.wordpress.com/2008/08/05/bahan-kimia-penjernih-air-koagulan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar