BAHAYA LOGAM BERAT PADA IKAN
Berdasarkan
sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis
pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini
adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah
logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh
masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg,
Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam
berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian
mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan
bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh
terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab
alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah
melalui kulit, pernapasan dan pencernaan.
Berdasarkan daya hantar panas dan listriknya merkuri (Hg)
dimasukkan dalam golongan logam. Sedangkan berdasarkan densitasnya, dimasukkan ke dalam
golongan logam berat. Merkuri memiliki sifat-sifat :
1. Kelarutan rendah;
2.
Sifat kimia yang stabil terutama di lingkungan sedimen;
3.
Mempunyai sifat yang mengikat protein, sehingga mudah terjadi biokonsentrasi
pada tubuh organisme air melalui rantai makanan;
4.
Menguap dan mudah mengemisi atau melepaskan uap merkuri beracun walaupun pada
suhu ruang;
5.
Logam merkuri merupakan satu-satunya unsur logam berbentuk cair pada suhu ruang
25oC;
6.
Pada fase padat berwarna abu-abu dan pada fase cair berwarna putih perak;
7.
Uap merkuri di atmosfir dapat bertahan selama 3 (tiga) bulan sampai 3 (tiga)
tahun sedangkan bentuk yang melarut dalam air hanya bertahan beberapa minggu.
Merkuri terdapat sebagai komponen renik dari minyak
mineral, dengan bantuan kontinental yang rata-rata mengandung sekitar 80 ppb
atau lebih kecil lagi. senyawa-senyawa alkil merkuri lebih tahan urai daripada
senyawa alkil atau merkuri anorganik, oleh karena itu senyawa alkil merkuri
lebih berbahaya sebagai bahan pencemar. Merkuri masuk ke lingkungan perairan
berasal dari berbagai sumber yang timbul dari penggunaan unsur itu oleh manusia
seperti buangan laboratorium kimia, batu baterai bekas, pecahan termometer,
fungisida kebun, tambal gigi amalgam dan buangan farmasi.
Merkuri
yang terdapat dalam limbah atau waste di
perairan umum diubah oleh aktifitas mikro-organisme menjadi komponen
metil-merkuri (Me-Hg) yang memiliki sifat racun (toksik) dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya
yang tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi baik
melalui proses bioakumulasi maupun
biomagnifikasi yaitu melalui rantai
makanan (food chain) dalam
jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri
dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan
manusia yang makan hasil tangkap hewan-hewan air tersebut. Terjadinya proses
akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan
merkuri (up take rate)
oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses ekresi, yaitu karena
metil-merkuri memiliki paruh waktu sampai beberapa ratus hari di tubuh hewan
air, sehingga zat ini menjadi terakumulasi dan konsentrasinya beribu kali lipat
lebih besar dibanding air disekitarnya.
Bioakumulasi adalah peningkatan konsentrasi suatu zat
sepanjang rantai makanan.
Berikut ini adalah gambaran bagaimana perjalanan metil-merkuri dari air hingga
masuk ke dalam tubuh manusia dan binatang :
1.
Metil-merkuri di dalam air dan sedimen dimakan oleh bakteri, binatang kecil dan
tumbuhan kecil yang dikenal sebagai plankton;
2.
Ikan kecil dan sedang kemudian memakan bakteri dan plankton tersebut dalam
jumlah yang sangat besar sepanjang waktu;
3.
Ikan besar kemudian memakan ikan kecil tersebut, dan terjadilah akumulasi
metil-merkuri di dalam jaringan. Ikan yang lebih tua dan besar mempunyai
potensi yang lebih besar untuk terjadinya akumulasi kadar
merkuri yang tinggi di dalam tubuhnya;
4.
Ikan tersebut kemudian ditangkap dan dimakan oleh manusia dan binatang,
menyebabkan metil-merkuri berakumulasi di dalam jaringannya.
Ikan dapat mengabsorbsi metil-merkuri melalui makanannya
dan langsung dari air dengan melewati insang. Oleh karena merkuri terikat dengan protein di seluruh
jaringan ikan, termasuk otot, maka tidak ada metoda pemasakan atau pencucian
ikan untuk mengurangi kadar merkuri di dalamnya.
Pengaruh
langsung pollutan terhadap ikan biasa dinyatakan sebagai lethal (akut), yaitu akibat-akibat
yang timbul pada waktu kurang dari 96 jam atau sublethal (kronis), yaitu akibat-akibat yang timbul
pada waktu lebih dari 96 jam (empat hari). Sifat toksis yang
lethal dan sublethal dapat menimbulkan efek genetik maupun teratogenik terhadap
biota yang bersangkutan. Pengaruh lethal disebabkan
gangguan pada saraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau bernapas akibatnya
cepat mati. Pengaruh sub
lethal terjadi pada organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada
hati, mengurangi potensi untuk perkembang-biakan, pertumbuhan dan sebagainya. Seperti peristiwa yang terjadi di Jepang, dimana penduduk disekitar
teluk Minamata keracunan metil-merkuri akibat hasil buangan dari suatu pabrik.
Metil-merkuri yang terdapat dalam ikan termakan oleh penduduk
disekitar teluk tersebut. Ikan-ikan yang mati disekitar teluk Minamata
mempunyai kadar metil merkuri sebesar 9 sampai 24 ppm.
Faktor-faktor
yang berpengaruh di dalam proses pembentukan metil-merkuri adalah merupakan
faktor-faktor lingkungan yang menentukan tingkat keracunannya. Merkuri yang
diakumulasi dalam tubuh hewan air akan merusak atau
menstimuli sistem enzimatik, yang berakibat dapat menimbulkan penurunan
kemampuan adaptasi bagi hewan yang bersangkutan terhadap lingkungan yang
tercemar tersebut. Pada ikan, organ yang paling banyak
mengakumulasi merkuri adalah ginjal, hati dan lensa mata.
Toksisitas
logam-logam berat yang melukai insang dan struktur jaringan luar lainnya, dapat
menimbulkan kematian terhadap ikan yang disebabkan oleh proses anoxemia, yaitu terhambatnya fungsi
pernapasan yakni sirkulasi dan eksresi dari insang. Unsur-unsur
logam berat yang mempunyai pengaruh terhadap insang adalah timah, seng, besi,
tembaga, kadmium dan merkuri.
Keracunan
merkuri pertama sekali dilaporkan terjadi di Minamata, Jepang pada tahun 1953.
Kontaminasi serius juga pernah diukur di sungai Surabaya, Indonesia tahun 1996.
Pengaruh pencemaran merkuri terhadap ekologi bersifat jangka
panjang, yaitu meliputi kerusakan struktur komunitas, keturunan, jaringan
makanan, tingkah laku hewan air, fisiologi, resistensi maupun pengaruhnya yang
bersifat sinergisme. Sedang
pengaruhnya yang bersifat linier terjadi pada tumbuhan air, yaitu semakin
tinggi kadar merkuri semakin besar pengaruh racunnya.
Metil-merkuri diketahui mengganggu perkembangan janin, mengakibatkan cacat
lahir pada janin yang ibunya terpajan merkuri.
Pengaruh dari toksisitas merkuri terhadap tubuh antara
lain : kerusakan syaraf, termasuk menjadi pemarah, paralisys, kebutaan atau
ganguan jiwa, kerusakan kromosom dan cacat bayi dalam kandungan. gejala-gejala
ringan akibat keracuna merkuri adalah depresi dan suka marah-marah yang
merupakan sifat dari penyakit kejiwaan, sakit kepala, sukar menelan,
penglihatan menjadi kabur, daya dengan menurun, merasa tebal di bagian kaki dan
tangannya, mulut terasa tersumbat oleh logam, gusi membengkak dan disertai
diare, lemah badan, dan cacat pada janin manusia.
Merkuri dengan konsentrasi tinggi kadang kala di dapatkan
di perairan dan jaringan ikan yang berasal dari pembentukan ion monoetil
merkuri yang larut, CH3Hg+ dan (CH3)2
Hg, oleh bakteri anaerobik di dalam sedimen, merkuri dari senyawa-senyawa ini
menjadi pekat di dalam lemak jaringan ikan (penguat biologis) dapat mencapai 103.
Sebagai hasil dari kuatnya interaksi antara merkuri dan
komponen tanah lainnya, penggantian bentuk merkuri dari satu bentuk ke bentuk
lainnya selain gas biasanya sangat lambat. Proses methylisasi merkuri
biasanya terjadi di alam di bawah kondisi terbatas, membentuk satu dari sekian
banyak elemen berbahaya, karena dalam bentuk ini merkuri sangat mudah
terakumulasi pada rantai makanan. Karena berbahaya, penggunaan fungisida
alkylmerkuri dalam pembenihan tidak diizinkan di banyak negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar