Sebenarnya apa sih anti feedant itu? seberapa pentingnya sih untuk tanaman?
Pasti sebagian dari kita akan bertanya-tanya dan bahkan mungkin tidak banyak yang kita tahu tentang anti feedant, nah disini akan sedikit dijelaskan mengenai anti feedant itu, selamat membaca kawan :) ..
Anti feedant adalah suatu senyawa yang berfungsi untuk menurunkan nafsu makan pada makhluk. Pada tanaman, senyawa ini disematkan guna hama-hama tanaman yang merugikan tidak lagi mendekati tanaman yang sedang tumbuh, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik tanpa adanya gangguan dari hama tanaman yang bersifat parasit. Berikut salah satu aplikasi anti feedant untuk tanaman. monggo dibaca kawan^^
Mimba vs Keong
Keong mas berasal dari rawa-rawa di Amerika
Selatan seperti Brazil, Suriname, dan Guatemala. Pertama kali, keong mas
didatangkan dari Taiwan sekitar tahun 1980-an. Tahun 1981, hewan ini
diintroduksikan ke Yogyakarta sebagai fauna akuarium. Sekitar tahun 1985-1987,
hewan ini dengan sangat cepat dan popular di Indonesia. Tapi karena dibiarkan
lepas tanpa pengawasan, akhirnya masuk ke sawah dan menjadi hama utama tanaman
padi karena memakan memakan segala tanaman terutama tanaman padi muda dan
bibit.
Dalam mengendalikan hama keong mas, umumnya para
petani lebih memilih menggunakan moluskisida sintetik yang harganya mahal,
berspektrum luas dan mengganggu organisme non target seperti manusia. Dalam
kaitannya dengan pengendalian keong mas, cara-cara yang lebih aman, seperti
halnya secara fisik (penggunaan saringan), maupun secara biologis (pemberian
tanaman-tanaman beracun atau tidak disukai, penggembalaan itik, penanaman bibit
yang cukup tua atau kuat, dan sebagainya) lebih direkomendasikan (Sulistiono.
2007).
Mimba merupakan tanaman
yang memenuhi persyaratan (menurut
grup konsultasi para ahli FAO dalam pengembangan pestisida
nabati) untuk
dikembangkan menjadi sumber bahan dasar pembuatan pestisida nabati.
Adapun persyaratan-persyaratan tersebut
antara lain, merupakan
tanaman tahunan,
tidak perlu dimusnahkan apabila
suatu saat bagian tanamannya diperlukan, mudah dibudidayakan, tidak menjadi gulma atau inang bagi organisme pengganggu
tumbuhan
(OPT), mempunyai
nilai tambah, mudah diproses,
sesuai dengan
kemampuan petani.
Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa
komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat
bermanfaat, baik dalam bidang
pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin.
Azadirachtin sendiri terdiri dari sekitar
17
komponen dan komponen yang
mana yang paling
bertanggung jawab
sebagai pestisida atau obat, belum jelas. Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses
makan, pertumbuhan, reproduksi dan
lainnya.
Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker
atau zat yang dapat
menghambat kerja hormon
ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi
dalam proses metamorfosa serangga.
Serangga akan terganggu
pada proses pergantian
kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari
larva menjadi
kepompong atau
dari kepompong menjadi dewasa.
Biasanya kegagalan
dalam proses ini
seringkali mengakibatkan
kematian
Salanin berperan
sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant)
yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun,
walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya
tidak mati seketika setelah disemprot
(knock down), namun memerlukan
beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5
hari. Namun demikian, hama yang
telah disemprot tersebut daya rusaknya
sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit.
Meliantriol berperan sebagai penghalau
(repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan
mendekati zat tersebut.
Suatu kasus
terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria
menyerang
tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang
belalang, kecuali satu jenis tanaman,
yaitu mimba. Mimba
pun dapat merubah
tingkah laku serangga, khususnya
belalang (insect
behavior) yang tadinya bersifat migrasi,
bergerombol dan merusak
menjadi bersifat
solitair yang bersifat
tidak merusak.
Nimbin dan nimbidin berperan
sebagai anti mikro organisme seperti
anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan
dalam mengendalikan penyakit
tanaman. Tidak terbatas hal itu,
bahan-bahan ini sering digunakan
dan dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuh- kan segala jenis penyakit pada manusia.
Selain mengandung bahan-bahan
tersebut di atas, di dalam tanaman mimba masih terdapat
berpuluh, bahkan beratus jenis bahan aktif yang merupakan produksi metabolit
sekunder yang belum teridentifikasi dan belum diketahui
manfaatnya (Agus dan Azmi. 2003).
Tindakan pengendalian yang biasa dilakukan petani
adalah penyemprotan berbagai jenis insektisida yang dilakukan secara intensif
setiap 3-4 hari. Hal ini dilakukan petani karena menurut beberapa petani jika
hama ulat bawang merah tidak dikendalikan secara intensif dapat menurunkan
hasil hingga 40%. Namun demikian, penyemprotan insektisida secara intensif
meningkatkan biaya untuk pemeliharaan tanaman, yaitu pengendalian hama hingga
20-25%. Selain itu, penggunaan insektisida yang berlebihan juga dapat mencemari
lingkungan.
Teknologi
alternatif baru yang lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan untuk mengendalikan
ulat bawang merah adalah dengan menggunakan feromon. Feromon merupakan senyawa
kimia yang digunakan serangga untuk berkomunikasi dalam satu spesies (sejenis).
Feromon yang digunakan oleh serangga jantan dan betina dewasa pada saat kawin
(kopulasi) disebut feromon seks. Feromon seks inilah kemudian oleh Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
(BB-Biogen) dibuat sintetiknya dan dapat digunakan sebagai penarik ngengat
jantan dewasa. BB-Biogen berhasil memformulasikan senyawa sintetik yang
berperan sebagai feromon seks ulat bawang yang diberi nama Feromon-Exi.
Selain
Feromon-Exi, BB-Biogen juga berhasil mengembangkan Perangkap-Exi. Perangkap
–Exi merupakan perangkap berferomon yang mampu menangkap dan membunuh serangga
jantan. Perangkap-Exi sangat sederhana dan murah namun efektif mengendalikan
hama ulat bawang merah, sehingga akan sangat terjangkau oleh petani.
Jumlah
Perangkap-Exi yang dipasang jika pemasangan dilakukan secara individu sekitar
20 unit/Ha. Jika pemasangan secara bersama-sama pada satu hamparan, jumlah
Perangkap-Exi berkurang yaitu sekitar 10-12 unit/Ha.
Hasil
percobaan di sentra produksi bawang merah Brebes, Jawa Tengah pada tahun 2006,
satu Perangkap-Exi mampu menangkap dan membunuh serangga jantan sekitar 400-500
ekor/malam. Dan setiap musim mampu menangkap dan membunuh serangga jantan
hingga 125.000 ekor/Ha.
Keberhasilan
percobaan pengunaan Feromon-Exi mengendalikan ulat bawang merah di Brebes
diadopsi dan diimplementasikan pada unit percontohan M-P3MI di Kabupaten
Cirebon. Pada saat sosialisasi yang dilakukan oleh peneliti BB-Biogen, petani
sangat antusias dan langsung tertarik untuk menerapkan inovasi tersebut di
lahannya.
Setelah
disosialisasikan, kemudian praktek lapang pemasangan Perangkap-Exi pada unit
percontohan M-P3MI, yaitu pada salh satu lahan anggota kelompok tani seluas 1
Ha. Jumlah Perangkap-Exi yang dipasang sebanyak 12 unit, sehingaa dalam satu
hamparan unit percontohan (15Ha) akan dipasang sebanyak 180 unit.
Praktek
lapang dimaksudkan untuk meningkatkan dan mempercepat pemahaman petani tentang
cara pemasangan Perangkap-Exi. Dengan demikian, petani tidak akan melakukan
kesalahan pada saat mengaplikasikan Perangkap-Exi di lahannya masing-masing.
Maka dari itu bisa di garis bawahi bahwa penggunaan
Feromon-Exi ini memiliki beberapa kelebihan:
-Teknologi ini bersifat ramah lingkungan, tidak
mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan.
-Bersifat selektif untuk spesies hama tertentu.
-Mampu menekan populasi serangga secara nyata.
-Biaya yang dialokasikan lebih murah. Sebagai
perbandingan penggunaan perangkap lampu membutuhkan biaya sekitar 1-2 juta
rupiah tiap hektarnya, belum termasuk tambahan biaya untuk penyemprotan
insektisida. Sementara itu, penyemprotan insektisida secara intensif dapat
memakan biaya hingga 6 juta rupiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar